Thursday, November 19, 2015
Thursday, November 5, 2015
Peng. Tek. Internet dan New Media
Dosen Gunadarma yang inspiratif
Awal mula bisnisnya dimulai bahkan sebelum perkuliahan semester 1 berjalan. Adi yang merupakan perantauan dari Pati, Jawa Tengah bertekad untuk tidak lagi merepotkan orang tua dan memilih untuk bisa menghasilkan uang sendiri. Cara yang dilakukan bermacam-macam, awalnya ia menjual pisang cokelat dengan sebuah gerobak di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan. Hasilnya pun terbilang lumayan, ia sudah memiliki 4 gerai dalam kurun waktu 8 bulan. Namun sayang, masalah internal mengharuskannya untuk berhenti bisnis pisang cokelat ini.
Namun kisah bisnisnya tak berhenti sampai disitu, tekad kuat untuk mendapatkan penghasilan sendiri membuatnya tak patah arang. Berbagai usaha lain pernah ia coba, dari menjual es, berkeliling menjajakan madu hingga berjualan deterjen pun ia jalani.“Pagi hari saya kuliah sampai sore, sore sampai malam berjualan, sekitar jam 10 saya pulang untuk belajar dan mengerjakan tugas hingga larut malam. Rutinitas ini yang saya jalani setiap harinya.” Kenang Adi
Sampai hingga datangnya waktu di semester 4, Adi berkunjung ke daerah Jonggol, Bogor bersama temannya. Melihat tanah kosong, Jiwa bisnisnya pun muncul. Seketika ia langsung berpikir untuk menggarap tanah tersebut dengan beragam tanaman. Singkong menjadi opsi pertama yang digarapnya, namun lagi-lagi kendala muncul, diantaranya harga jual yang tidak bersahabat membuat laba bersih menjadi dikit.
Pilihan kedua pindah ke lengkuas, salah satu jenis tanaman rempah-rempah ini ternyata menghasilkan keuntungan berkali-kali lipat dari tanaman sebelumnya yaitu singkong. Inilah turning point bagi seorang Adi Pramudya. Kesempatan ini tentu saja dimaksimalkan dengan cara terus memperluas tanah yang digarapnya. Di awal berbisnis pada tahun 2011 silam, Adi menggarap kurang dari 1 Ha, kini perkembangannya sangat pesat. Tanah yang digarap kini lebih dari 11,5 Ha.
Kuncinya, “Pintar Melihat Peluang”
Mungkin dalam benak kita bertanya “Mengapa bisnis yang digarapnya dapat berkembang begitu baiknya?” Sang dosen pun menjawab, “Kuncinya ialah pintar melihat peluang. Mengapa Belanda menjajah Indonesia 3,5 abad lamanya? Itu karena rempah-rempah. Peluang inilah yang saya lihat.” Ungkap Adi. Tak salah jika saat ini ia mampu mengekspor rempah-rempah garapannya hingga ke Eropa yaitu Jerman dan Belanda. Bahkan untuk kebutuhan pasar domestik, Adi lah yang memegang kendali.
Berkat pencapaian inilah ia mendapat juara pertama kompetisi wirausaha muda di bidang pertanian dari Kemenpora pada tahun 2014 lalu. Tak salah jika namanya menjadi mentereng, hal ini tak lepas dari banyaknya Media Nasional yang datang untuk meliput, diantaranya iialah Seputar Indonesia, Kompas dan banyak media bisnis lainnya
Subscribe to:
Posts (Atom)